Pertanyaan:
(Ada seorang Ikhwa indonesia yang berada di Jepang mengajukan pertanyaan saat
Tabligh Akbar Golden Week KMII 2013 yang di laksanakan di negeri Jiran Tersebut)
Pertanyaan
sy ada 2 ustad,
1. Adakah
batasan minimal dimana Hadits tersebut tidak sebaiknya kita sampaikan dahulu,
entah kita harus memahami dulu atau memastikan dahulu sampai kaidahnya itu aman
untuk menyampaikan hadits yang pernah kita dengar.
2. Mengenai Singkatan SAW dan singkatan2 lainnya,
dimana sekarang teknologi sudah berkembang, ada lewat internet , BBM,Twitter
dll. Kadang2 media tersebut ada keterbatasan karakter tulisan dan lain
sebagainya atau karena jumlah hurufnya terbatas. Apa yang harus kita lakukan
jika kita menemui hal tersebut?
JAWABAN :
1. Benar apa
yang di katakana Al akh tadi. Dalam
sebuah Hadits dan Hadits ini adalah hadits yang paling mutawatir atau paling
banyak periwayatnya.
Nabi Sallalahu’alaihi wasallam bersabda “ Siapa yang mengatasnamakan sesuatu kepada saya atau berdusta kepadaku dengan sengaja maka hendaknya ia Siap-siap masuk ke dalam neraka “
Ada Hadits yang lain . kalau tadi di katakana “Dengan
Sengaja”, Bagaimana kalau "tidak sengaja" karena tidak tahu?.
Dalam Riwayat
Bukhari di katakan “Siapa yang mengatas namakan aku padahal saya tidak pernah
Mengatakannya maka siap-siap berada di Neraka”. Hadits ini menunjukkan
bahwasanya berdusta atas nama Nabi sallalahu’alaihi wasallam termasuk dosa yang
sanagat besar.karena indikasi dosa besar adalah diancam dengan neraka.
Sekarang, bagaimana dengan kita yang tidak tau?. Nah, Inilah
pentingnya kita untuk belajar Hadits, Agar kita bisa memilah dan membedakan
antara yang mana sabda nabi yang benar /memang beliau katakana dan yang mana
yang beliau tidak pernah katakana. Ini perlu belajar, tidak mungkin langsung
tau.
Bagaimana jika kita belum tau? Nah, disinilah posisinya apa
yang Allah katakan dalam Al Qur’an
“Jangan kamu ikut-ikutan dengan suatu yang tidak kamu ketahui atau jangan mengatakan sesuatu yang
belum kamu ketahui ".
Dalam ilmu-ilmu duniawi, ilmu keteknikan atau ilmu kedokteran tidak mungkin seseorang mau ngomong atas ilmu kedokteran atau ilmu keteknikan jika ia tidak
mengetahuinya apalagi mengatasnamakan Allah dan RasulNya. Dan sangat tidak etis
bahkan tidak boleh (Haram) seseorang sampai mengatas namakan nabi
sallalhu’alaihi wasallam jika ia tidak tahu.
Ada salah seorang sahabat yang bernama zaid bin arqam, ia
adalah sahabat yang lama mendampingi rasulullah dan ia diketahui sebagai sahabat, maka sebagian tabi’in menziarahi beliau dan minta tlong dibacakan
hadits-hadits nabi sallalahu’alaihi wasallam. Apa tanggapan beliau? Beliau
mengatakan "Kami ini sudah tua dan sudah banyak lupa, dan berbicara atas nama
nabi sallahu’alaihi wasallam adalah pekerjaan yang berat .Padahal beliau ini
sudah sering berdakwah dan suka menyampaikan . Namun karena khawatir( Atas kondisinya yang sudah tua),
jangan-jangan nanti saya salah maka ia mengatakan ini adalah satu hal yang
resikonya besar. Maka beliau meminta maaf tidak bisa menyampaikannya.
Itu
adalah sahabat rasulullah, apatah lagi kita hari ini.
Intimya, Memang benar. Jika belum yakin maka jangan kita
sampaikan karena ada sebagian hadits mengatakan “Bahkan seseorang yang masih
ragu-ragu apakah haditsnya benar atau salah . Namun jika ia tetap menyampaikan
maka ia termasuk dalam 2 pendusta (jika masih ragu-ragu)”. Jadi, usahakan untuk
tidak kita katakana kecuali jika kita telah yakini karena begitulah ilmu.
Sesuatu dikatakan ilmu karena di dasari dengan keyakinan bukan prasangka-prasangka belaka.
2. Seperti yang telah dijelaskan oleh para ulama
kita bahwa untuk shalawat ini jangan disingkat bahkan kadang kami katakana
berdasarkan yang kami pahami bahwa lebih mungkin kita menyingkat Allah SWT
dibandingkan Nabi Muhammad Sallahu’alaihi wasallam, kenapa?
Karena Allah tentunya
kita sebutkan subhanahuwata’alah atau Azza wajalla sbg kemuliaan kepada Allah ,
tapi tidak ada perintah khusus bahwa ketika
Allah disebutkan, maka kita harus mengatakan Azza wajalla dan
subhanahuwata’alah sedangkan nabi Muhammad sallalahu’alaihi wasallam ada
perinta khusus, jangan sampai nama beliau disebutkan lalu kita tidak bersalawat
kepada rasululla sallalahu’alaihi wasallam, Maka biasa kan karakternya 160 ya (pada HP kita)?
Atau kalau tidak salah 159? Singkatlah
semuanya DST.nya (Dan seterusnya), Dll (dan lain-lain) tapi untuk shalawat maka
ditulis dengan lengkap. Jika kita menulis secara lengkap
“Sallallahu’alaihiwasallam", niatkan pahala kepada Allah bahwasanaya Allah akan
bersalawat kepada kita ketika kita menyebutkan secara lengkap. Dan yah,,tidak
apa2 kalau sampai 2 kali pengiriman sehingga sms ataupun nelpon kita tetap
mendapatkan pahala yang mulia ini. Wallahu’alam
Jadi tetap bukan
menjadi alasan untuk kita singkat.
Wallahu 'alam
NB :Ust. Yusron Anshar@ Tabligh Akbar Golden Week 2013 yg telah diselenggarakan oleh Keluarga Masyarakat Islam Indonesia di jepang dengan tema membumikan nilai-nilai islam.
Sumber : www.youtube.com/watch?v=rtFc_TY0hzA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR DAN PERTANYAAN ANDA DI SINI...