Salah satu karakteristik Islam yang menonjol adalah bersifat universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap dimensi kehidupan. Mengatur manusia dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Merambah pada pensyari'atan dari semenjak manusia dilahirkan hingga ia dikuburkan. Dan seorang muslim diperintahkan untuk mengamalkan universalitas Islam secara total, tidak boleh dia mengambil sebagian dan meninggalkan yang lainnya.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya." (QS. Al Baqarah: 208)
Salah satu contoh dari universalitas ajaran Islam adalah bahwa Islam mengatur persoalan makan dan minum. Banyak hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang memberikan tuntunan dalam hal ini, yaitu sebagai berikut:
A.
Adab sebelum makan
- Makan
dan minum dari yang halal dan baik, menghindarkan dari yang haram dan
meragukan. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah olehmu dari (sesuatu) yang baik yang Kami anugerahkan padamu." (Al-Baqarah: 172). - Makan
dan minum dengan niat untuk menguatkan diri dalam beribadah kepada Allah,
agar mendapatkan pahala atas apa yang dimakan dan diminumnya. Karena,
sesuatu yang mubah apabila diniati baik maka akan menjadi sebuah ketaatan
yang menghasilkan pahala bagi seorang muslim.
- Mencuci
tangan sebelum makan apabila ada kotoran di tangannya atau masih belum
yakin dengan kebersihan tangannya.
- Duduk
dengan sopan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
"Aku tidak makan dengan bertelekan/bersandar,
sesungguhnya aku seorang hamba, aku makan sebagaimana seorang hamba makan dan
aku duduk sebagaimana seorang hamba duduk." (HR. Al-Bukhari).
- Meridhai
makanan yang ada, tidak mencaci dan mencela makanan. Apabila menyukainya,
dimakan, dan apabila tidak, ditinggalkan. Abu Hurairah Radhiallahu Anhu menjelaskan:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
tidak pernah mencela makanan, apabila beliau menyukainya beliau
memakannya, jika tidak suka, beliau meninggalkannya." (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
- Lebih
diutamakan makan berjama’ah (bersama-sama). Dalam sebuah riwayat: "Berkumpullah kamu sekalian dalam
makananmu, niscaya diberkahi kamu sekalian di dalamnya." (Abu Daud
dan At-Tirmidzi, dengan sanad hasan karena banyak syahid-nya.)
B.
Adab di saat bersantap
- Memulai
makan atau minum dengan mengucapkan basmalah, sesuai sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
"Apabila salah satu di antara kamu akan makan, maka sebutlah nama Allah Subhanahu Wata’ala. Apabila ia lupa menyebut nama Allah Subhanahu Wata’ala (di permulaannya), maka sebutlah nama Allah dengan mengucapkan, 'Bismillahi awwalahu wa akhirahu'." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia katakan hasan shahih). - Mengakhiri
makan dengan mengucapkan Alhamdulillah, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkannya:
"Barangsiapa yang selesai makan mengucapkan, 'Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah memberi makan kepadaku, dan telah memberiku rizki dengan tanpa adanya kemampuan dan kekuatan dariku', maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. At-Tirmidzi, ia katakan hasan shahih).
Atau
membaca doa-doa lain yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
dalam sunnah-sunnahnya yang shahih.
- Tidak makan dan minum sambil berdiri. Dari
Anas Radhiyallahu ‘Anhu, beliau
mengatakan bahwa Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam melarang sambil minum berdiri. (HR. Muslim
no. 2024, Ahmad no. 11775 dll).
- Makan
dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, dan memakan yang
paling dekat dengannya, tidak dari tengah piring, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Amr bin Salamah: "Wahai anak kecil, sebutlah nama
Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di dekatmu."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Imam
Ibnu Abdil Bar Rahimahullah berkata:
“Jika dalam meja hidangan terdapat beraneka ragam makanan, tidak mengapa
mengambil makanan yang terjauh sesuai seleranya. Adapun sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, ‘Makanlah dari yang apa yang ada didekatmu’ maksudnya
jika makanan itu satu macam saja.” (At Tamhid 1/277)
- Dalam
riwayat lain Rasulllah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda: "Berkah itu turun di tengah
makanan, maka makanlah kamu sekalian dari pinggirnya dan janganlah kalian
makan dari tengahnya." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia
katakan hasan shahih).
Termasuk
sunnah Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam, yaitu makan dengan jari, bila
memungkinkan makanan itu dimakan dengan tiga jari, apabila tidak mungkin karena
termasuk makanan yang berkuah boleh dimakan dengan mamakai sendok.
- Apabila
makanan yang ia makan terjatuh, sebaiknya segera diambil dan dibersihkan
dari kotoran, lalu dimakan setelah bersih. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda: "Apabila sepotong
makananmu jatuh, maka ambillah dan bersihkanlah apabila ada bagian yang
kotor, kemudian makanlah (setelah bersih), jangan membiarkan
makanan itu diambil oleh syaitan." (HR. Muslim).
- Mengunyah
dengan baik dan menjilat jari tangannya dari bekas makanan. Telah bersabda
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam , dari Ka'ab Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata:
"Aku melihat Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam makan dengan
menggunakan tiga jari dan tatkala selesai beliau menjilat ketiga jarinya
itu." (HR. Muslim).
Diriwayat al Thabrani dalam al Ausath, dari
hadits Ka'b bin 'Ujrah, "aku melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
makan dengan tiga jari; yaitu ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Kemudian aku
melihat beliau menjilati ketiga jarinya tersebut sebelum mengusapnya. Jari
tengah dulu, lalu jari telunjuk, kemudian ibu jari. Hikmahnya, karena jari
tengah lebih kotor karena lebih panjang sehingga sisa makanan yang menempel
lebih banyak dibandingkan jari yang lain. Karena panjang, sehingga lebih dulu
jatuh ke makanan. Boleh jadi, yang dijilat dulu adalah bagian dalam telapak
lalu ke bagian luarnya. Dimulai dari jari tengah, lalu berpindah ke jari
telunjuk dan berakhir ke ibu jari.
Sesungguhnya makanan yang kita santap
mengandung barakah. Namun kita tidak mengetahui letak keberkahan tersebut.
Apakah dalam makanan yang sudah kita santap, ataukah yang tersisa dan melekat
di jari, ataukah yang tersisa di piring, ataukah berada dalam suapan yang jatuh
ke lantai. Karenanya kita harus menjaga hal ini agar mendapat barakah. Menjilati
jari-jari bisa dilakukan sendiri atau meminta orang dekatnya, seperti istri,
anak, atau orang tua untuk menjilatinya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits di atas, "Dan janganlah dia mengangkat piringnya hingga
menjilatinya atau meminta orang untuk menjilatinya., karena pada makanan
terakhir terdapat barakah."
Syaikh Ibnul Utsaimin Rahimahullah berkata tentang hal
ini, "Mengenai menjilati jari sendiri maka ini adalah satu perkara yang
jelas. Sedangkan meminta orang lain untuk menjilati jari kita adalah sesuatu
hal yang mungkin terjadi. Jika rasa cinta suami istri itu sangatlah kuat, maka
sangatlah mungkin seorang istri menjilati tangan suaminya, atau seorang suami
menjilati tangan istrinya. Jadi hal ini adalah suatu hal yang mungkin
terjadi."
- Menghindari
makan terlalu kenyang, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wasalam:
"Tidaklah
anak Adam memenuhi suatu bejana yang lebih buruk daripada memenuhi perutnya.
Cukuplah bagi anak Adam dengan beberapa suap untuk menopang punggungnya.
Apabila tidak bisa, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan
sepertiga untuk bernafas." (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa'i, hasan
shahih).
- Tidak
meniup/bernafas di dalam makanan yang panas, tidak memakannya kecuali
makanan itu telah dingin, dan tidak bernafas di dalam tempat minum, namun
bernafas di luarnya tiga kali. Anas Radhiallahu
‘Anhu menjelaskan, "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bernafas tiga kali di saat beliau minum". Dalam riwayat lain
dijelaskan, dari Ibnu Abbas Radhiallahu
Anhuma, ia berkata: "Bahwasanya Rasulullah melarang bernafas di
dalam tempat minum atau meniup di dalamnya." (HR. At-Tirmidzi dan
Al-Bukhari dengan lafazh lain).
- Tidak
minum dengan sekaligus habis. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda: "Kalian jangan minum (segelas dihabiskan) sekaligus
seperti unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali, dan sebelumnya hendaklah
membaca basmalah, kemudian sesudahnya membaca alhamdulillah."
(HR. At-Tirmidzi dan ia katakan, hasan shahih).
- Tidak
minum langsung dari mulut teko/poci (makruh hukumnya). Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam melarang seseorang
minum dari mulut tempat minuman atau teko." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Itulah
di antara adab-adab makan dan minum yang bisa kita laksanakan sebagai wujud
dari kecintaan kita kepada sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Perlu dipahami bahwa segala sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
mengandung kebaikan. Disinilah letak kesempurnaan syariat Islam. Hari ini
begitu banyak penemuan-penemuan ilmiah yang membuktikan hikmah adanya perintah
dan pelarangan sesuatu. Syariat Islam ini diturunkan 14 abad sebelum
penemuan-penemuan itu ada.
Banyak kaum muslimin meninggalkan sunnah
karena terpengaruh dengan tradisi dan budaya orang-orang kafir, yaitu tradisi
dan budaya yang didasarkan pada prinsip materialistik yang tidak mengenal
penciptanya dan bersyukur kepada nikmat-nikmat-Nya. Semoga
risalah singkat ini bermanfaat. Mari hiasi diri kita dengan mengamalkan
adab-adab islami dalam keseharian kita. Wallahu
a’lam bish showab.