Hampir 1 abad silam, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928 Sumpah
Pemuda menggelora membangkitkan semangat persatuan. Sebuah pergerakan yang lahir karena adanya persamaan nasib dan
perjuangan di semua kalangan saat itu. Merasakan
pahitnya penjajahan, penyiksaan dan penindasan jiwa dan raga. Ketika Soekarno
presiden pertama di kala itu mengatakan dengan lantang, "beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan
guncangkan dunia". Sama halnya ketika era reformasi bermuara pada runtuhnya
rezim soeharto, dan itu karena peran pemuda. Maka pantaslah kemerdekaan serta merta terwujud juga karena gelora pemuda Indonesia.
Menyusuri
sejarah kegemilangan pemuda Indonesia tak kalah dengan mempelajari kemilau tinta emas perjuangan pemuda Islam. Di dalam Al Qur’an telah digambarkan, bagaimana sosok pemuda islam ideal,
dialah seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya
tercapai. Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada
pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan
dua laut; atau aku akan ber¬jalan (terus sampai) bertahun-tahun” (QS.
Al-Kahfi,18 : 60). Juga pemuda yang berani merombak dan bertindak revolusioner
terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti kisah pemuda (Nabi) Ibrahim. “Mereka berkata: ‘Siapakah yang melakukan
(perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? sungguh dia termasuk orang yang
zalim, Mereka (yang lain) berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela
(berhala-berhala) ini, namanya Ibrahim.” (QS.Al¬-Anbiya, 21:59-60). Secara
fitrah inilah pemuda, manusia berkarakter khas yang berbeda dengan golongan
lainnya.
Juga dimasa Rasulullah shallahu’alaihi
wasallam, tampilnya peran pemuda yang selalu mendampingi beliu digarda
terdepatn seperti Abu Bakar,
Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf,
Saad bi Abi Waqas, Zubair bin Awwam, Zaid bin Harits dan Bilal bin Rabbah serta
sahabat-sahabat yang lain. Mereka memiliki perjuangan yang sangat
kuat, kesetiaan pada visi dan misi perjuangan, kepedulian terhadap kekejaman,
kedzaliman, ketidakadilan serta berbagai kemungkaran yang dikala itu merajai
penduduk Arab. Merekalah orang-orang yang pertama-tama masuk Islam (Assabiqunal
awwalun ) dan dengan lantang
menyuarakan kalimat Tauhid, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan
Muhammad bin Abdullah adalah hamba dan Rasul Allah.
Idealnya
pemuda hari ini mampu berkontribusi, berdedikasi ditengah Hegemoni globalisme, kapitalisme,
sekulerisme, liberalisme, dan bahkan ateisme yang terus menggerogoti karakter
bangsa, diantara menjamurnya perilaku korupsi kemanusiaan dan harta benda. Problematika pemuda yang terbentang di hadapan kita
sekarang sungguh kompleks, Tengoklah pemuda
hari ini, tak sedikit yang kehilangan jati diri, dan berlomba-lomba mengikuti
arus hedonis materialis, hampir terpuruk dan bangga dengan gaya hidup ala western, masalah pengangguran,
krisis mental, krisis eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Budaya
permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak
dalam kehidupan hedonis, serba instant, dan tercabut dari idealisme sehingga
cenderung menjadi manusia yang anti sosial. (rumahzakat.org)
Dalam kondisi apapun pemuda selalu menjadi tumpuan harapan umat demi
masa depan yang lebih baik, meskipun
realita menjadi sangat berbeda antara pemuda yang tumbuh pada saat umat sedang
jaya, aman damai dan sentosa dengan pemuda yang tumbuh pada saat umat sedang
mengalami kebangkrutan dan baru mulai menyadari akan perlunya bangkit kembali
merebut kemerdekaannya yang hilang, kekayaannya yang diserobot, hak yang
terampas dan bahkan jati dirinya yang tertimbun oleh nilai-nilai kejahiliyahan.
Dalam suatu hadist Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam pernah bersabda:” Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada hari
kiamat dari sisi Tuhannya sampai ditanya tentang 5 hal; tentang umurnya
dihabiskan dimana, pada masa mudanya dihabiskan untuk apa, tentang hartanya
dari mana dia dapatkan dan kemana dibelanjakan dan tentang ilmunya diamalkan
untuk apa.” (HR.At Tirmidzi)
Sangat jelas didalam hadist tersebut, salah satu kenikmatan yang akan
diminta pertanggungjawabannya oleh Allah subhanahu
wata’ala adalah masa muda. Dan saat ini hendaknya para pemuda muslim menyadari apa yang telah
terjadi di tengah-tengah masyarakat dan berstrategi
untuk bersama mewujudkan perubahan pola pikir,gaya hidup dan tatanan masyarakat
menuju kearah yang lebih baik. Kesadaran untuk bangkit dan membela agama dari
berbagai serbuan pemikiran modern adalah tanggungjawab bersama seluruh pemuda
Indonesia. Para pemuda dituntut untuk
berpikir panjang, menentukan sikap dan strategi, serta kerja keras yang
berkesinambungan. Karena masa ini
adalah kerja keras untuk melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap dekadensi
moral, dan untuk menuju perbaikan pemuda, itu dimulai dari semangat untuk
bertekad melakukan perubahan sedikit atau banyak.
Salam Pemuda...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR DAN PERTANYAAN ANDA DI SINI...