Ada dua pesan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
yang kadang kita lalaikan,sebagaimana hadistnya;
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya:
kesehatan dan waktu luang”.
Setiap Manusia diberikan oleh Allah subnahanu wata’ala nikmat hidup di dunia,
walaupun juga bagi sebagian manusia yang menganggap pemberianNya kadang tidak adil dengan segala
kekurangan fisik atau harta. Terlepas dari hal tersebut, Allah yang Maha
Bijaksana terus memberikan nikmat kepada hambaNya ,walaupun secara
terang-terangan atau bahkan tersembunyi manusia lalai dalam beribadah padaNya.Allah
subnahanu wata’ala berfirman yang artinya:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
(QS. 16:18)
Tidak ada satupun yang mampu
menghitung betapa besar dan berlimpahnya nikmat yang telah Allah berikan.
Bermula sejak dilahirkan hingga usia menanjak dan waktu yang terus bergulir, nikmat Rabb semesta Alam terus mengalir.
Jasad yang sehat, harta yang cukup, waktu yang lapang, ketenangan dalam
mengarungi hidup adalah bagian dari nikmatNya. Realitanya, tidak sedikit yang
menggunakan nikmat tersebut dalam rangka ibadah kepada RabbNya. Khususnya dua
nikmat sehat dan waktu luang yang luput perhatian sebagian manusia.
Nikmat Sehat dan Waktu Luang
Di antara kenikmatan Allah subnahanu wata’ala yang sangat banyak
adalah kesehatan. Kesehatan merupakan kenikmatan yang diakui setiap orang,
memiliki nilai yang besar. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam telah menyebutkan hal ini dengan sabdanya, yang artinya:
“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam
keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya
pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya” (HR. Ibnu
Majah, no: 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam
Shahih Al-Jami’ush Shaghir, no: 5918)
Kita melihat kenyataan manusia yang
rela mengeluarkan biaya yang besar untuk berobat, ini bukti nyata mahalnya
kesehatan yang merupakan kenikmatan dari Allah Ta’ala. Akan tetapi kebanyakan manusia lalai dari kenikmatan kesehatan ini, dia akan
ingat jika kesehatan hilang darinya.
Sebagai pemuda yang identik dengan
fisik dan tubuh yang kuat, idealnya mampu digunakan dalam rangka melejitkan
ketakwaan kepada Allah. Menyusuri jalan dalam rangka menuntut ilmu, menyeru
kepada kebaikan dan bekerja cerdas dalam fisik yang kuat adalah tugas dari
sehatnya seorang pemuda. Realitanya betapa banyak pemuda yang menggunakan
nikmat sehat dalam kesia-siaan, sibuk dengan urusan dunia yang tidak akan
pernah habis untuk diperbincangkan.
Jika pernah menyempatkan diri ke rumah
sakit, melihat detik-detik kesakitan seorang pasien, menyaksikan banyaknya
makanan yang tak mampu lagi masuk kedalam lambung karena kesakitan, atau wajah
pucat karena darah yang semakin berkurang seharusnya menjadi pelajaran penting
bagi setiap manusia yang masih merasakan nikmat sehat. Saat itu menjadi
refleksi dan bahan muhasabah pada nikmat sehat yang Allah titipkan pada
hambaNya.
Oleh karena itulah seorang hamba
hendaklah selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah yang berupa kesehatan,
kemudian bersyukur kepadaNya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepadaNya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah
berkata: “Kenikmatan adalah keadaan yang
baik, ada yang mengatakan kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan
bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain”. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari,
penjelasan hadits no: 5933)
Karena sesungguhnya orang yang tidak menggunakan kesehatan dan waktu luang di dalam apa yang seharusnya, dia telah tertipu, karena dia telah menjual keduanya dengan murah, dan fikirannya tentang hal itu tidaklah terpuji.
Karena sesungguhnya orang yang tidak menggunakan kesehatan dan waktu luang di dalam apa yang seharusnya, dia telah tertipu, karena dia telah menjual keduanya dengan murah, dan fikirannya tentang hal itu tidaklah terpuji.
Ibnul Jauzi
rahimahullah berkata: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak
longgar, karena kesibukannya dengan penghidupan. Dan kadang-kadang manusia itu
cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat”. Maka jika keduanya terkumpul,
lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang
yang tertipu. Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di
dunia ini terdapat perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat. Maka
barangsiapa menggunakan waktu luangnya dan kesehatannya di dalam ketaatan
kepada Allah, maka dia adalah orang yang pantas diirikan. Dan barangsiapa
menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada Allah, maka dia adalah orang yang
tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan, dan kesehatan akan
diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi maka masa tua (pikun).
Sebagaimana dikatakan orang “Panjangnya keselamatan (kesehatan) dan tetap
tinggal (di dunia) menyenangkan pemuda. Namun bagaimanakah engkau lihat
panjangnya keselamatan (kesehatan) akan berbuat? Akan mengembalikan seorang
pemuda menjadi kesusahan jika menginginkan berdiri dan mengangkat (barang),
setelah (sebelumnya di waktu muda) tegak dan sehat”.
Selain itu, nikmat waktu luang yang
Allah berikan kepada setiap hamba ,digunakan dengan hal yang sia-sia. Padahal
bahkan sedetikpun waktu yang telah berlalu idealnya menjadi saksi ketakwaan,
dalam rangka menjalankan perintah dan mejauhi laranganNya. Betapa banyak
mayoritas kita yang merugi dalam dua jenis kenikmatan ini. Karena bila seorang insan dlm keadaan
sehat ia mampu menunaikan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada
dan mampu meninggalkan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala larang. Dada dlm
keadaan lapang dan hati tenang. Demikian pula waktu luang bila memang ada orang
lain yg menyiapkan dan mencukupi kebutuhan ia pun lepas dari beban pekerjaan.
Namun bila seseorang punya waktu luang dan ia dlm keadaan sehat mk ia banyak
merugi di dalamnya. Karena kebanyakan waktu yg ada kita sia-siakan tanpa
faedah. Kita memang tdk mengetahui kerugian ini di dunia akan tetapi nanti
ketika ajal telah datang dan ketika terjadi hari kiamat barulah seorang insan
menyadarinya.
Karena itulah sepantas bagi insan yg berakal untuk memanfaatkan waktu sehat dan waktu luang dgn melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dgn kemampuannya. Jika ia dapat membaca Al Qur’an maka hendaklah ia memperbanyak membacanya. Bila ia tdk pandai membaca Al Qur’an maka ia memperbanyak zikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila ia tdk dapat melakukan hal itu maka ia melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Atau mencurahkan apa yang ia mampu berupa bantuan dan amal kebaikan kepada saudara-saudaranya. Semua ini adl kebaikan yg banyak namun luput dari kita dengan sia-sia.”
Mudah-mudahan dgn begitu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terus mengekalkan ni’mat-Nya kepada kita dan menambah dgn kemurahan dari sisi-Nya.
“Dan ingatlah ketika Rabbmu memaklumkan:
‘Sesungguh jika kalian bersyukur pasti Kami akan menambah ni’mat itu kepada
kalian. Dan jika kalian mengingkari ni’mat-Ku mk sesungguh azab-Ku sangat
pedih’.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Penulis : Fauziah Ramdani
Penulis adalah pengurus di departemen Pendidikan & Pengkajian Ilmiah FMDKI dan juga aktif menulis di media dakwah Muslimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR DAN PERTANYAAN ANDA DI SINI...