Ribuan serdadu telah menapaki jalan ini
Bara dan darah menjelma dalam sebuah asa
Tembok dan rerumputan turut menyaksikan
Betapa panas terik dan mendung dan hujan
Menghiasi pendakian panjang ini
Saat cita dan cinta telah berpadu
Rayuan dan hujatan tak lagi membawa pengaruh
Ketika ghirah dan gairah telah menyatu
Panji-panji perlawanan kan bergemuruh
Tekad memadu dalam qalbu
Kita kan terus mengusung kebenaran
Ku tahu di sana banyak paku dan batu
Kelak akan sakit raga dan lelah jiwa
Telah kulihat serombongan manusia pergi berlalu
Namun aku tak pupus menanti
Telah kulepskan mereka dipersimpangan
Walau ku tahu hati ini tak pernah rela tuk berpisah
Telah kurasakan sunnatullah jalan ini datang dan pergi
Memilih dan dipilih
Hanya yang sabar yang dapat bertahan
Hanya mereka yang saling berpegangan
Yang dapat melawan ombak kefuturan
Saat badai cobaan menghempas bahtera perjuangan
Ku tak ingin berpisah
Ku tak rela berpecah
Siapakah kelak yang mengelilingi jasadku
Pada detik-detik terakhir hidupku?
Lalu siapa yang Allah sisakan untuk hadir
Menyaksikan berpisahnya ruh dari ragaku
Siapa lagi yang tertinggal untuk menyiramkan air di atas mayatku
Lalu siapa yang akan berdiri pada shaf-shaf
Di hadapan jenazahku
Siapa pula yang bersedia menabur tanah kuburku?
Dan siapa yang akan mewarisi segenap cita-citaku??
Bukannya senang berjuang seorang diri
Namun ku tak mau beratnya perjuangan membuat kita berpisah
Ku tahu ku tak pernah dapat mengusung panji mulia ini sendiri
Tapi, akankah kau menemaniku sekarang dan selamanya?
Karena ku tak ingin ditinggalkan untuk yang ke sekian kali…
Karena ku tak siap kecewa berkali-kali
Walau aku sangat menyadari selalu akan ada yang jatuh
Namun ku harap bukan dirimu!!
Selalu akan ada yang tersisih
Tapi jangan diriku dan jangan engkau!
Kepada Dialah ku gantungkan harapanku
Untuk mengokohkan kaki – kaki kita di atas JalanNya
Maafkan daku bila hadirku memberatkan langkahmu
Maafkan daku bila adaku menghambat lajumu
Maafkan aku bila tak seperti yang kau butuh
Maafkan pula bila aku tak selalu ada di saat kau perlu
Dan maafkan ibumu ini bila selalu lupa memanggilmu “anak”
Karena, sebenarnya aku ingin mengajakmu menatap cakrawala dakwah bersama
Menyongsong samudera esok dengan cita
Biarkan sunnatullah dakwah selalu menyisih
Karena kukan selalu berdoa
Aku dank au dipilih Nya tegar di atas jalan ini
Selalu dan selamanya...
Oleh Drg. Astiawati Sail
Dibacakan dalam acara pembubaran panitia Kongres Mahasiswa Muslimah
Tanjung Bayang
biarlah kenangan itu kembali menyerang setiap sedimen-sedimen otak kita, hingga menyentakkan dan membuat qt bisa berbuat lebih baik lagi
BalasHapusDakwah kampus.. Memperjuangkanmu ternyata mengisahkan berjuta kenangan indah.. Kenangan yang jika terlintas kembali, mampu mengobarkan semangat dakwah dalam diri, kapanpun dan dimanapun itu.. Ttap semangat wahai para pejuang dakwah, khususnya u/ADK...!!! :)
BalasHapus"...melihat wajah Allah adalah puncak kenikmatan seorang mukmin,bagaimana seseorang bisa melihatnya?sangat jelas, tak ada hijab, sebagaimana jelasnya kita melihat bulan purnama di malam bulan purnama..."(Kutipan ceramah Syaikh DR.Ibrahim (dosen Ummul Quro Saudi Arabi) yang datang ke kendari).saking indahnya, sangat sulit bagiku melukiskan pengaruh "dakwah kampus" ke dalam diri ini.tp semoga ia dapat menjadi kendaraan yg membawaku bertemu Allah Subhanahu Wa Ta'ala,tanpa HIJAB
BalasHapusAamiin khola... Rindu membersamaimu dalam dakwah....
Hapus