PICTURE

PICTURE

Merefleksikan Nikmat Sehat dan WaktuNya



  

Ada dua pesan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang kadang kita lalaikan,sebagaimana hadistnya;
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. 
(HR. Bukhari, no: 5933)


Setiap Manusia diberikan oleh Allah subnahanu wata’ala nikmat hidup di dunia, walaupun  juga  bagi sebagian manusia yang menganggap  pemberianNya kadang tidak adil dengan segala kekurangan fisik atau harta. Terlepas dari hal tersebut, Allah yang Maha Bijaksana terus memberikan nikmat kepada hambaNya ,walaupun secara terang-terangan atau bahkan tersembunyi manusia lalai dalam beribadah padaNya.Allah subnahanu wata’ala berfirman yang artinya:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. 
(QS. 16:18)
Tidak ada satupun yang mampu menghitung betapa besar dan berlimpahnya nikmat yang telah Allah berikan. Bermula sejak dilahirkan hingga usia menanjak dan waktu yang terus bergulir, nikmat Rabb semesta Alam terus mengalir. Jasad yang sehat, harta yang cukup, waktu yang lapang, ketenangan dalam mengarungi hidup adalah bagian dari nikmatNya. Realitanya, tidak sedikit yang menggunakan nikmat tersebut dalam rangka ibadah kepada RabbNya. Khususnya dua nikmat sehat dan waktu luang yang luput perhatian sebagian manusia. 

Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Di antara kenikmatan Allah subnahanu wata’ala yang sangat banyak adalah kesehatan. Kesehatan merupakan kenikmatan yang diakui setiap orang, memiliki nilai yang besar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan hal ini dengan sabdanya, yang artinya:
Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya” (HR. Ibnu Majah, no: 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir, no: 5918)

Kita melihat kenyataan manusia yang rela mengeluarkan biaya yang besar untuk berobat, ini bukti nyata mahalnya kesehatan yang merupakan kenikmatan dari Allah Ta’ala. Akan tetapi kebanyakan manusia lalai dari kenikmatan kesehatan ini, dia akan ingat jika kesehatan hilang darinya. 

Sebagai pemuda yang identik dengan fisik dan tubuh yang kuat, idealnya mampu digunakan dalam rangka melejitkan ketakwaan kepada Allah. Menyusuri jalan dalam rangka menuntut ilmu, menyeru kepada kebaikan dan bekerja cerdas dalam fisik yang kuat adalah tugas dari sehatnya seorang pemuda. Realitanya betapa banyak pemuda yang menggunakan nikmat sehat dalam kesia-siaan, sibuk dengan urusan dunia yang tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan.

Jika pernah menyempatkan diri ke rumah sakit, melihat detik-detik kesakitan seorang pasien, menyaksikan banyaknya makanan yang tak mampu lagi masuk kedalam lambung karena kesakitan, atau wajah pucat karena darah yang semakin berkurang seharusnya menjadi pelajaran penting bagi setiap manusia yang masih merasakan nikmat sehat. Saat itu menjadi refleksi dan bahan muhasabah pada nikmat sehat yang Allah titipkan pada hambaNya.

Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah yang berupa kesehatan, kemudian bersyukur kepadaNya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepadaNya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Kenikmatan adalah keadaan yang baik, ada yang mengatakan kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain”. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits no: 5933)
Karena sesungguhnya orang yang tidak menggunakan kesehatan dan waktu luang di dalam apa yang seharusnya, dia telah tertipu, karena dia telah menjual keduanya dengan murah, dan fikirannya tentang hal itu tidaklah terpuji.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak longgar, karena kesibukannya dengan penghidupan. Dan kadang-kadang manusia itu cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat”. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang yang tertipu. Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat. Maka barangsiapa menggunakan waktu luangnya dan kesehatannya di dalam ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang yang pantas diirikan. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada Allah, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan, dan kesehatan akan diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi maka masa tua (pikun).
 
Sebagaimana dikatakan orang “Panjangnya keselamatan (kesehatan) dan tetap tinggal (di dunia) menyenangkan pemuda. Namun bagaimanakah engkau lihat panjangnya keselamatan (kesehatan) akan berbuat? Akan mengembalikan seorang pemuda menjadi kesusahan jika menginginkan berdiri dan mengangkat (barang), setelah (sebelumnya di waktu muda) tegak dan sehat”.

Selain itu, nikmat waktu luang yang Allah berikan kepada setiap hamba ,digunakan dengan hal yang sia-sia. Padahal bahkan sedetikpun waktu yang telah berlalu idealnya menjadi saksi ketakwaan, dalam rangka menjalankan perintah dan mejauhi laranganNya. Betapa banyak mayoritas kita yang merugi dalam dua jenis kenikmatan ini. Karena bila seorang insan dlm keadaan sehat ia mampu menunaikan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada dan mampu meninggalkan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala larang. Dada dlm keadaan lapang dan hati tenang. Demikian pula waktu luang bila memang ada orang lain yg menyiapkan dan mencukupi kebutuhan ia pun lepas dari beban pekerjaan. Namun bila seseorang punya waktu luang dan ia dlm keadaan sehat mk ia banyak merugi di dalamnya. Karena kebanyakan waktu yg ada kita sia-siakan tanpa faedah. Kita memang tdk mengetahui kerugian ini di dunia akan tetapi nanti ketika ajal telah datang dan ketika terjadi hari kiamat barulah seorang insan menyadarinya.

Karena itulah sepantas bagi insan yg berakal untuk memanfaatkan waktu sehat dan waktu luang dgn melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dgn kemampuannya. Jika ia dapat membaca Al Qur’an maka hendaklah ia memperbanyak membacanya. Bila ia tdk pandai membaca Al Qur’an maka ia memperbanyak zikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila ia tdk dapat melakukan hal itu maka ia melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Atau mencurahkan apa yang ia mampu berupa bantuan dan amal kebaikan kepada saudara-saudaranya. Semua ini adl kebaikan yg banyak namun luput dari kita dengan sia-sia.”

Mudah-mudahan dgn begitu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terus mengekalkan ni’mat-Nya kepada kita dan menambah dgn kemurahan dari sisi-Nya.
 “Dan ingatlah ketika Rabbmu memaklumkan: ‘Sesungguh jika kalian bersyukur pasti Kami akan menambah ni’mat itu kepada kalian. Dan jika kalian mengingkari ni’mat-Ku mk sesungguh azab-Ku sangat pedih’.”

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Penulis : Fauziah Ramdani
Penulis adalah pengurus di departemen Pendidikan & Pengkajian Ilmiah FMDKI dan juga aktif menulis di media dakwah Muslimah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULIS KOMENTAR DAN PERTANYAAN ANDA DI SINI...