PICTURE

PICTURE

Departemen P2DK: Musyawarah dan Pembekalan Perintis Dakwah Kampus Nusantara

FMDKI (Forum Muslimah Dakwah Kampus Indonesia) pada hari Kamis tanggal 28 Juni 2012 mengadakan musyawarah dan Pembekalan Perintis Dakwah Kampus Nusantara yang bertempat di Mushollah Al Adab Fak. Sastra Unhas. Iffah Yulianti sebagai Koordinator Departemen P2DK (Pembinaan dan Pengembangan Dakwah Kampus) FMDKI sekaligus sebagai pelaksana mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan bekal dan motivasi kepada pengurus FMDKI untuk melakukan ekspansi dakwah kampus di seantero nusantara dan menumbuhkan kesadaran dari para aktivis dakwah dalam mengemban amanah para Nabi dan Rasul Allah. Selama berlangsungnya kegiatan ini, para peserta sangat bersemangat apatah lagi materi yang disampaikan sangat menggugah hati. Pemateri kak Nur Amsi Mahmud dengan materi “Aktivis Dakwah Kampus Sosok Pejuang Dakwah”, kak Nur mengatakan bahwa untuk mencapai sebuah kegelimangan Islam adalah berawal dari sebuah Himmah Aliyah berlanjut dengan keyakinan yang utuh, lalu bergerak dengan strategi yang kokoh kemudian berjuanglah dengan tawakkal yang utuh. Allah Azza Wajalla berfirman “dan sungguh Allah benar-benar akan menolong orang-orang yang menolong din-Nya. Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah aktivis pertama dalam dakwah yang mengkader para muslimah siang dan malam untuk menyebarkan dakwah ahlussunnah wal jama’ah. Sebagai mahasiswa muslimah yang bergelar aktivis dakwah kampus adalah sosok-sosok pejuang yang tak lekang oleh tempat dan waktu, amal Islam bukanlah pengisi waktu luang tapi tekad yang lahir dari sebuah asa yang tinggi Mardhatillah. Ka Nur menyemangati para Aktivis dengan slogan “InsyaAllah kita BISA !! Karena Allah selalu memotivasi”.
maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Asy Syarh: 5-6)

Peserta yang hadir berjumlah 30 orang, selain diberikan materi juga diberikan sebuah tontonan dan games dipandu oleh panitia kemudian konsolidasi perintis dakwah kampus Nusantara yang dipandu oleh ka Rahmah Thamrin yang semakin menyemangati para aktivis dakwah kampus. Di akhir kegiatan ini, ka Rahmah menyampaikan bahwa: pejuang mengatakan sulit tapi mungkin, pecundang mengatakan mungkin tapi sulit. Semoga Anda menjadi pejuang dakwah kampus dalam menyebarkan dakwah salafusshalih. Muharrikah teruslah bergerak dan berjuang. “Intansurullah yansurkum wayutsabbit aqdamakum”.

Semarak Ramadhan 1433 H bersama LIDMI & FMDK


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas  orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”.
(T.Q.S. Al Baqarah : 183)

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, bulan yang penuh berkah, serta bulan yang di dalamnya terdapat malam lebih baik dari seribu bulan. RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi yang menjadi contoh dan tauladan kita, selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali Ramadhan akan tiba, sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasa’i dari Abu Hurairah bahwasanya beliau bersabda “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan Allah telah mewajibkan atas kamu sekalian berpuasa. Pintu surga akan dibuka lebar-lebar, pintu neraka akan ditutup dan para syaithan akan dibelenggu. Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih utama dibandingkan seribu bulan”.


Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) dan Forum Muslimah Dakwah Kampus Indonesia (FMDK) mempersembahkan kepada Anda sebuah Kegiatan AKBAR yang SPESIAL tahun ini !!! Bersama RIBUAN MUSLIM dari Makassar dan sekitarnya; PSR 1433 H-PENATARAN SEPUTAR RAMADHAN, dengan tema: "Menjadi Muslim Kaffah dalam Madrasah Ramadhan". InsyaAllah kegiatan ini akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu-Ahad, 17-18 Sya'ban 1433H / 7-8 Juli 2012 M
Waktu          : Pkl 08.00-15.00 WITA
Tempat         : Masjid Kampus UNHAS Makassar

Penataran ini diisi berbagai materi seputar Ramadhan dan pemateri yang InsyaAllah akan hadir memberikan BEKAL, SPIRIT dan POWER dalam menyambut bulan yang penuh berkah, diantaranya:   
1.      Jejak para Salaf dalam Menyambut Ramadhan oleh Ustadz KH. Mansyur Salim
(Muballigh Sulawesi Selatan)
2.     Rambu-rambu Ibadah Ramadhan oleh Ustadz H. Muhammad Nirwan Idris, Lc
(Dosen Sekolah Tinggi Islamdan Bahasa Arab (STIBA) Makassar)
3.      Bersihkan Harta, Sucikan Hati oleh Ustadz H. BahrunNida Muhammad Amin, Lc
(Wirausahawan Muslim Sukses)
4.      Ada apa dibalik Shalat Tharawih oleh Ustadz SofyanNur, Lc
(Alumni Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)
5.      Mendulang Pahala di Akhir RamadhanolehUstadz H. Muhammad YusranAnshar, Lc, M.A.
(Direktur Sekolah Tinggi Islamdan Bahasa Arab(STIBA) Makassar)
6.      Ramadhan Sepanjang Masa oleh Ustadz Ihsan Zainuddin, Lc
(PenulisBuku-buku Best Seller, Motivator Muslim)

HTM : Mahasiswa (S1, D1-D4 dan Pelajar), Rp 25.000;
           Umum, Rp 30.000;
Dapatkan DISKON Spesial :
* 40% selama bulan JUNI 2012
* 20% mulai tanggal 1-5 JULI 2012 

DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA !!!
(via sms: Nama_No.Tlp_Universitas/Pekerjaan)

CP : Muslim/Laki-laki, 085656221334
     Muslimah/Perempuan, 085255238850/085342949342


 “MARHABAN YA RAMADHAN”
 Semoga Ramadhan tahun ini penuh berkah, lebih baik dari sebelumnya dan pantas mendapatkan gelar FINALIS-FINALIS Ramadhan…. Aamiin.


Untukmu Pemuda Pejuang

Ribuan serdadu telah menapaki jalan ini
Bara dan darah menjelma dalam sebuah asa
Tembok dan rerumputan turut menyaksikan
Betapa panas terik dan mendung dan hujan
Menghiasi pendakian panjang ini

DAKWAH DENGAN HIKMAH

“ Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125)
Di sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis buta yang setiap hari selalu berkata kepada orang yang mendekatinya,” Wahai Saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya”.
Meskipun demikian, setiap pagi Rasulullah Muhammad Shalallahu’alahi wa Sallam selalu mendatanginya dengan membawakan makanan untuknya, dan tanpa berucap sepatah katapun Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu. Pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya adalah Rasulullah dan tetap saja dia mencaci maki beliau dihadapannya.
Rasulullah Shalallahu’alahi wa Sallam melakukan hal tersebut setiap hari sampai beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan dan menyuapinya disetiap pagi kepada pengemis itu.
Hingga suatu hari, sahabat terdekat Rasulullah yaitu Abu Bakar Radhiallahu’anhu berkunjung kerumah anaknya Aisyah Radhiallahu’anha yang juga merupakan istri Rasulullah dan bertanya,” Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”. Aisyah menjawab,” Wahai ayah, engkau adalah seoarang ahli sunnah dan hampir tidak ada kebiasaan Rasulullah yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”. “Apa itu?”,Tanya Abu Bakar.” Setiap pagi Rasulullah berkunjung kepasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis buta yang ada disana”, Kata Aisyah.
Keesokan harinya Abu Bakar Radhiallahu’anhu pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu bakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik,” Siapa kamu?”. Abu Bakar menjawab,”Aku orang yang biasa.” “ Bukan! Kamu bukan orang yang biasa mendatangiku”, Bantah si pengemis buta itu. “ Apabila ia datang tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan kepadaku”, pengemis itu melanjutkan perkataanya.
 Abu Bakar Radhiallahu’anhu tidak dapat dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis tadi,” Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah Shalallahu’alahi wa Sallam.”
Seketika itu juga sang pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar dan berkata,” Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memakinya, memfitnahnya dan ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.”
Pengemis itupun akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar Radhiallahu’anhu dan sejak saat itu pula dia menjadi muslim.
Itu adalah cerita sang Teladan kita Rasulullah Shalallahu’alahi wa Sallam orang terbaik di muka bumi ini. Bagaimana Anda? Apa yang sudah Kita lakukan? ^_^ (An Naba Online)

“UNTUK APA KITA HIDUP?”; SEBUAH TANYA YANG LALAI UNTUK SELALU KITA JAWAB

Sahabatku di jalan Allah…
Bukalah lembar-lembar sejarah peradaban kita yang penuh cahaya. Di sana ada banyak hikmah yang mengagumkan. Tapi yang terpenting –setidaknya menurut hamba Allah yang lemah ini- adalah kecerdasan mereka menjawab “untuk apa kita hidup?” Perjalanan kita sudah sejauh ini. Mungkin jarak antara kita dengan alam barzakh tidak lagi sejauh jarak yang telah kita tempuh di hari-hari yang lalu. Hm, sudah sejauh ini. Berhentilah sejenak –meski harusnya tidak cukup hanya sejenak-. Tanyakanlah pertanyaan ini pada hatimu saat engkau sendiri, “Untuk apa kita hidup?”

KARENA SETIAP ORANG MENYIMPAN SETITIK KEBAIKAN DALAM JIWANYA

Muhammad Ihsan Zainuddin

Tidak semua manusia dipilih oleh Allah untuk kembali ke jalan yang lurus dan mengenal manhaj yang benar. Maka saat Allah menuntun hidup kita untuk berjalan, berbuat, bekerja, berpikir, dan berbicara sesuai dengan manhaj salaf yang shalih; itu berarti ada nikmat yang tak terkira besarnya yang harus kita syukuri. Yah, karena –sadar atau tidak- sebenarnya kita telah menjadi pilihan-pilihan Allah di bumi. Di saat banyak saudara-saudari muslim kita yang sadar untuk memperjuangkan Islam dengan manhaj apa saja, kita disadarkan oleh Allah bahwa “Generasi akhir ummat ini tidak akan menjadi generasi yang shaleh dan jaya kecuali dengan jalan yang ditempuh oleh generasi awalnya” (La yashluhu akhiru hadzihil ummah illa bima shaluha bihi awwaluha).
Dampaknya, kita merasakan keizzahan yang luar biasa dahsyatnya dalam diri kita. Kita bangga berpenampilan sebagai salah seorang ikhwan. Kita merasa mulia saat mewujud sebagai salah satu bagian dari komunitas akhawat. Salahkah? Sampai di sini mungkin tidak ada masalah. Hanya saja seringkali keizzahan itu melanggar batas-batas yang semestinya. Keizzahan itu seringkali menyeret kita menjadi merasa shaleh sendiri dan memandang rendah orang lain yang berada di luar komunitas keshalehan kita. Mungkin tidak terungkapkan dengan kata-kata, tapi ia bersembunyi dalam gerakan-gerakan hati kita. Bahkan lebih parah lagi, obsesi keshalehan kita yang begitu tinggi membuat kita memandang orang lain “yang belum shaleh” sebagai makhluk-makhluk yang sudah tidak punya harapan lagi. Kita sering menjadi “buta” tiba-tiba hingga tidak lagi melihat ada celah buat mereka untuk kembali. Kita lupa, bahwa setiap orang sesungguhnya punya setitik kebaikan itu dalam dirinya…

* * *
Izinkanlah saya untuk mengutip kisah yang sungguh-sungguh menggugah saya tentang hal ini. Sebuah kisah yang benar-benar menampar kesombongan kita yang bersembunyi di balik keshalehan lahiriah kita. Kisah ini sendiri adalah kisah nyata seorang ulama Ahlussunnah, Syekh Ahmad bin Abdurrahman Ash-Shuwayyan, yang diungkapnya dalam buku berjudul Fi al-Bina’ al-Da’wy. Kisahnya sebagai berikut…

* * *
Hari itu saya kembali dari sebuah perjalanan yang panjang. Dan di pesawat, Allah menakdirkan saya untuk duduk di samping sekelompok pemuda yang nampaknya senang sekali berfoya-foya dan berhura-hura. Tawa mereka sangat keras. Dan kegaduhan mereka pun semakin lama semakin menjadi-jadi. Kabin pesawat pun dengan cepat menjadi ruangan yang dipenuhi asap rokok mereka. Dan tampaknya sudah menjadi hikmah Allah bahwa pesawat itu benar-benar penuh, hingga tidak memungkinkan bagi saya untuk mencari tempat duduk lain.
Saya berusaha keras untuk lari dari ‘kesempitan’ ini dengan tidur. Tapi, mustahil dan sangat mustahil saya bisa tidur dalam suasana seperti itu. Maka ketika kegaduhan itu semakin membuat kejengkelan saya memuncak, saya pun mengeluarkan mushaf al-Qur’an, lalu membacanya dengan suara yang rendah. Ternyata, tidak lama kemudian sebagian dari anak-anak muda itupun mulai tenang. Sementara sebagian yang lain mulai membaca surat kabar, dan adapula yang mulai tidur dengan lelap.
Namun, tiba-tiba, salah seorang dari mereka berbicara dengan suara keras –dan ia duduk tepat di samping saya!- : “Cukup!…Cukup!”
Saya menduga suara saya terlalu keras hingga mengganggunya. Saya meminta maaf padanya. Saya pun kembali melanjutkan bacaan saya dengan suara yang membisik hingga hanya saya sendirilah yang mendengarnya. Tapi saya lihat ia menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Duduknya gelisah. Tidak pernah diam dan terus bergerak. Hingga ia kemudian mengangkat kepalanya dan berkata dengan penuh emosi: “Tolong! Cukuplah sudah! Cukup! Saya sudah tidak bisa bersabar lagi!”
Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya, lalu menghilang selama beberapa lama. Tidak lama kemudian ia kembali lagi, mengucapkan salam kepada saya sembari meminta maaf. Ia terdiam. Dan saya tidak tahu apa sebenarnya yang telah terjadi. Tapi sejenak kemudian ia menoleh pada saya, dan matanya basah oleh air mata. Ia berkata sambil berbisik: “Tiga tahun lamanya, bahkan lebih…Aku tak pernah meletakkan keningku di tanah…Aku tak pernah membaca satu ayat pun! Dan…satu bulan penuh ini aku habiskan dalam perjalanan ini…tidak satupun kemaksiatan yang tidak kukerjakan. Hingga aku pun melihatmu membaca al-Qur’an…Tiba-tiba saja dunia menjadi gelap di hadapanku…dadaku sesak…Aku merasa seperti tercekik. Iya, aku merasakan setiap ayat yang engkau baca menhantam tubuhku bagai cambuk..! Aku berkata pada diriku sendiri: Sampai kapan kelalaian ini?! Kemana aku akan berjalan di jalan ini?! Lalu apa setelah semua kelalaian dan kesenangan ini?! Hingga aku pun segera lari ke kamar kecil. Anda tahu kenapa?! Karena aku merasa sangat ingin menangis. Dan aku tidak menemukan tempat sembunyi dari pandangan orang lain selain di tempat itu!!”
Demikian ia berbicara padaku…Aku pun menyampaikan kalimat-kalimat seputar taubat dan kembali pada Allah…Dan ia pun terdiam.
Ketika pesawat mendarat di bumi, pemuda itu menghentikanku. Nampak sekali ia ingin menjauh dari teman-temannya. Ia bertanya padaku, dan wajahnya menampakkan air muka yang sangat serius: “Menurut Anda, apakah Allah masih berkenan menerima taubatku?”
Aku berkata padanya: “Jika engkau jujur dan sungguh-sungguh ingin kembali pada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa apapun.”
“Tapi aku telah melakukan terlalu banyak dosa…dosa-dosa yang begitu besar…,” ujarnya.
“Apakah engkau pernah mendengar firman Allah: “Katakanlah: Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas atas diri mereka, janganlah kalian putus asa akan rahmat Allah, sesungguhnya Allah akan mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapengasih.” (Az-Zumar:53)??” ujarku.
Kulihat wajahnya tersenyum penuh kebahagiaan. Kedua matanya berkaca dipenuhi air mata. Ia lalu mengucapkan selamat tinggal, dan pergi berlalu…
Maha suci Allah yang Mahaagung!

Begitulah manusia. Sejauh dan setinggi apapun kedurhakaan yang telah ia lalui dan daki, tapi selalu saja ada celah kebaikan dalam jiwanya. Andai saja kita dapat berusaha sampai ke sana, lalu menyianginya dengan cinta, ia akan tumbuh dengan izin Allah.

* * *
Membaca kisah ini, membuat kita harus melihat ulang rasa izzah akan keikhwanan dan keakhawatan kita. Karena saat izzah itu menjelma menjadi kesombongan, ia tidak lagi perlu dibanggakan. Kebanggaan semacam itu hanya membuat kita meremehkan manusia lain, yang boleh jadi saat hidayah Allah bersemayam di hatinya, ia akan menjejakkan kakinya di surga terlebih dulu dibanding kita. “Izzah” seperti itu hanya akan menyebabkan kita menjadi penghalang manusia untuk meraih hidayah Allah. Wallahul musta’an.

Ya Allah

Ya Allah berilah kami rezeki untuk selalu  MengingatMu dan dapat mensyukuri nikmat Mu serta  beribadah dengan baik kepadaMu. 
Ya Allah jadikanlah Kami termasuk orang-orang yang yang berpuasa dan menjumpai Lailatul Qadar, dan memperoleh keberuntungan dengan pahala yang besar.
Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang terdepan dalam kebaikan, lari dari kemungkaran, serta merasakan Keamanan Surga bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.
Ya Allah jagalah kami dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, serta jauhkanlah kami dari segala kekejian, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.